RSS

I am Back

Kali ini sepertinya tidak omdo lagi, hehe. Sedang berusaha kembali aktif menulis, terutama membuat jurnal untuk jagoan-jagoanku tercinta, sebagai catatan untuk merekam tumbuh kembang mereka.

Bismillahirrahmaanirrahim…

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 14 Maret 2021 inci Umum

 

A Restart

background-2.jpg

Mengunjungi kembali blog lama yang terlantar. Posting terakhir 25 Oktober 2013. Ternyata sudah lebih dari tiga tahun yang lalu. Wow, gumamku pada diri sendiri. Kemana saja ya aku sampai selama itu? Apa yang kulakukan dalam rentang waktu itu hingga tak menyempatkan menulis disini?

Bismillah…

Semoga setelah ini bisa kembali produktif menulis.

Klaten, 24 Februari 2017
 
1 Komentar

Ditulis oleh pada 24 Februari 2017 inci Umum

 

A Necessity (Called Death)


    Life is not a choice but a necessity. So, if life is a necessity then death becomes a necessity, too. It’s bound to happen, like or not, young or old, woman or man, all people are going to meet their death someday.

    But, those who live sometimes can’t accept the necessity of a death. They are not prepared and can’t accept it happening to them or their love ones. But… Read the rest of this entry »

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 25 Oktober 2013 inci Islam, Umum

 

Tag: , , , , , , , ,

Memories #4: Semanggi (Best Friends, Best Sisters)

Semanggi Diary

Saat menulis ini, hujan sedang turun dengan derasnya. Alhamdulillah, setelah seharian didera panas yang menguras keringat Allah memberikan berkah kesejukan melalui air langit ini.

Entah kenapa, hujan selalu mengingatkanku pada tiga orang teman terbaikku. Mereka bukan sekedar teman, tapi mereka adalah saudaraku. Ohya, circle kami ini secara sepihak kunamai Semanggi. Kenapa semanggi? Karena aku suka filosofinya dan karena kami berjumlah empat orang. Well, semanggi pada umumnya punya tiga helai daun, yang masing-masingnya melambangkan kepercayaan, harapan, dan cinta. Secara utuh, semangi berdaun tiga melambangkan kebahagiaan. Sedangkan semanggi berdaun empat melambangkan keberuntungan karena ia hanya bisa ditemukan satu di antara seribu. Kupikir itu benar-benar cocok untuk menggambarkan persaudaraan kami berempat.

Kami tak saling mengenal saat pertama kali menjejakkan kaki di kampus tercinta. Dua orang dari tanah Borneo, seorang dari dataran tinggi karst DIY, dan aku sendiri dari salah satu perbatasan Jawa Tengah. Pertemuan kami secara utuh berempat adalah melalui sebuah majelis ilmu yang disebut AAI. Saat pertama kali bertemu, “tak pernah mengira bahwa kita akan sedekat ini”, seperti tulis seorang dari kami di kemudian hari. Dari situ kami semakin sering dipertemukan. “Subhanallah ya, kita bertemu di forum-forum untuk mengingat Allah,” tulis saudariku yang lainnya. Waktu bergulir hingga akhirnya mengamanahkan kami berlabuh di organisasi yang berbeda, dua orang di JMME FEB dan dua orang di SEF UGM. Walaupun pada kenyataannya kami berempat sering beraktivitas bersama mengingat kedekatan kedua organisasi tersebut, dan karena bagaimanapun juga kami tetap merupakan anggota JMME hingga kami lulus dari FEB.

Ah, kembali lagi ke topik hujan. Hujan itu membawa kembali kenangan-kenangan yang kulalui bersama mereka, baik kenangan bahagia maupun yang sedih. Berapa kali kami berlomba dengan hujan untuk sampai di tempat makan? Berapa kali kami harus bergulat dengan hujan untuk mencapai lokasi kegiatan? Atau ketika bersama-sama hunting buku di bookfair saat gerimis menjelang? Ah, atau ketika hujan menjadi saksi saat aku mengantarkan kepergian salah satu saudariku untuk kembali ke tanah seberang? Hujan… pernah kutuliskan juga tentangnya di buku harian salah satu dari mereka.

Buku harian adalah kenangan yang lain tentang mereka. Kami berempat pernah punya buku harian bersama, namun baru beberapa kali berputar, ia hilang dan baru diketemukan sejenak sebelum kami berpisah beberapa bulan silam. Walau demikian, kurang dari dua bulan sebelum perpisahan itu datang, kami menghidupkan kembali program buku harian bersama. Jika dulu satu buku dipakai untuk empat orang, kali ini kami punya buku masing-masing. Buku itu saling dipertukarkan di antara kami. Masih adakah buku harian milik kalian, saudariku? Aku masih menyimpan milikku dan berharap suatu saat kukirimkan pada kalian untuk menagih cerita yang kalian simpan.

Sekarang kita menjalani kehidupan di tempat yang berbeda, bersama orang-orang yang berbeda pula. Namun, semoga Allah mengabulkan doa kita dulu: semoga kita dipertemukan kembali di surga-Nya.

Untuk menutup tulisan ini, kutuliskan lagu favoritku untuk kalian.

    Thank you ~ Bokutachi kara kimi e ~

Thank you ~ From us to you

    by Hey!Say!Jump

Sayonara wo suru mae ni
Before we bid goodbye
Bokutachi kara kimi e
From us to you
Kansha no kimochi ni ma gokoro wo komete
From the bottom of our hearts, we’d like to send
Todoketai yo, kono uta
These feelings of gratefulness, through this song

Kyou, kimi to bokutachi wa
Today, you and us
Ikutsu yume wo mita darou
How many dreams you’ve seen?
Kazu kazu no bamen irunna omoi de
I have many settings, and many thoughts
Zenbu hikari kagayaku with you
All of them will shine with you

Kitto minna no egao ya kizuna ga
Surely, everyone’s smile and this bond
Asu kara no hagemi ni naru yo
Will become tomorrow’s courage

Say goodbye kyou no hi no minna ni
Say goodbye to your today’s sun
Wakare wa mata au yakusokusa
Farewell is a promise that we’ll meet again
Kokoro hitotsu ni naru shunkan wo
The moment when our heart become one
Kasareru tabi ni ai ga umareru
On this long journey, love was born

Say goodbye mata tsugu aerukara
Say goodbye and we’ll meet again
Wakare wa kimi omou jikan sa
Farewell is the time when I think about you
Kokoro hitotsu ni shite itsumademo
Our hearts will always be one
Bokutachi wa tsunagari au
We are all connected to each other

Thank you for your love

Yume no tsuzuki wa taeru koto naku
Keep dreaming is a thing that must always continue
Doko made datte afurete ikuyo
Even when you go nowhere

Say goodbye kyou no hi no minna ni
Say good bye to your today’s sun
Wakare wa mata au yakusokusa
Farewell is a promise that we’ll meet again
Kokoro hitotsu ni naru shunkan wo
The moments when our heart become one
Kasareru tabi ni ai ga umareru
On the long journey, love was born

Say goodbye mata tsugu aerukara
Say goodbye, and we’ll meet again
Wakare wa kimi omou jikan sa
Farewell is the time when I think about you
Kokoro hitotsu ni shite itsumademo
Our hearts will always be one
Bokutachi wa tsunagari au
We all are connected to each other

Thank you for your love

(lyric credit to denisaroseno.blogspot.com)

________________________________________________________________
Dedicated to my Semanggi sisters 🙂

 
3 Komentar

Ditulis oleh pada 19 Oktober 2013 inci Baiti Jannati

 

Tag: , , , , , , , , , ,

The Unforgettable #3: “Final”

adek
This world could no longer hold you
Yet, along with morning shine I feel you
Through the breeze I hear you
See, I still keep our promise
Moving forward and stay strong
See, I’ve stopped blaming myself
Loving what you left behind

I admired you, dear
For never stop struggling
For being strong against your malady
For choosing to not suffer despite your pain
For showing love and smiles
And for being you
Until the last of your breath

But for now,
Farewell, dear brother
until we meet again (insyaAllah)
And forgive me
And thank you
For everything

I love you

____________________________________________________
Ya Allah, lapangkanlah dan terangilah kubur adikku.

 
3 Komentar

Ditulis oleh pada 17 Oktober 2013 inci Baiti Jannati

 

Tag:

“Satu Tiket ke Surga”

Sedang membaca sebuah e-book yang menarik. Judulnya Satu Tiket ke Surga, versi terjemahan bahasa Indonesia dari buku Life is an Open Secret karya Zabrina A. Bakar. Awalnya tidak terlalu tertarik, hanya iseng untuk sekadar mengisi waktu luang. Eh, begitu baca malah tidak bisa berhenti. Hehe. Baru tahu juga kalau buku ini termasuk buku Best Seller di luar negeri sana. Hmm…

cover satu tiket

Serius, buku ini sangat bagus dan menarik. Bahasanya sederhana dan terkesan sangat akrab, tapi maknanya luar biasa. Terkesan lebai ya? Hmm, habis baru kali ini, setelah bertahun-tahun, aku menemukan lagi buku yang bisa menawan hatiku sedemikian rupa setelah 7 Habbits of Highly Effective Teen-nya Sean Covey. Lebih keren lagi karena bergenre motivasi Islami, jadi setiap hikmah yang coba digali selalu dikaitkan dengan nilai-nilai Islam, termasuk dua pedoman utama muslim: Al Qur’an dan Hadits, bukan sekadar filsafat pada umumnya.

Buku ini juga asyik dan menghibur. Kenapa? Karena saat membacanya tanpa sadar aku bisa tertawa sendiri, hehe. Cerita-cerita yang ditampilkan dalam buku ini sebagian besar adalah peristiwa dalam kehidupan sehari-hari kita yang terkesan sepele. Mungkin jarang terpikirkan malah. Tapi, sang penulis atau lebih dikenal dengan Sis Zabrina, bisa membuat hal sepele itu menjadi perenungan yang dalam. Beliau (I really respect her) mampu mengajak pembaca untuk memahami firman Allah SWT dan hadits Rasulullah SAW dari sudut pandang baru. Terkadang ketika mencoba menggali pelajaran dari suatu hal Sis Zabrina ini juga mengajak pembaca ke dalam imajinasinya yang unik, kadang ‘konyol’ tapi sangat mengena.

Sejauh ini aku baru sampai di halaman 104 dari total 261 halaman. Beberapa hal dari buku ini yang sampai sekarang bergaung di pikiranku misalnya di bagian ketika Sis Zabrina bertanya “Maukah kamu menikah dengan dirimu?” Would you marry yourself? Sebuah pertanyaan aneh, tapi setelah membaca ulasannya, aku jadi ngeh. Ini kata-kata ampuh untuk muhasabah, mengevaluasi diri. Selama ini mungkin kita terlalu sibuk menetapkan standar-standar untuk orang lain, tapi justru lupa untuk menerapkanya pada diri sendiri. Jika kamu ditanya, maukah kamu menikah dengan dirimu, apa jawabanmu? Jika jawabanmu mantap Ya, maka Alhamdulillah dan istiqomahlah, tapi jika masih ragu menjawab “Mungkin” atau justru ekstremnya menjawab “Tidak!”, mari sama-sama berbenah dan memperbaiki diri. Hamasah!

Btw, aku mendapatkan e-book ini sepertinya hasil searching dan gratis, hehe. Jadi, teman kalau ada yang mau ikut baca, tuliskan saja alamat emailmu, insyaAllah aku kirimkan filenya. Mari belajar bersama ^_^

NOTE: Mohon maaf, per Agustus 2014 sudah tidak bisa lagi mengirim file e-book ini karena file-nya berbentuk .exe, dan kebijakan baru Google tidak memperbolehkan attachment e-mail dalam bentuk .exe. Maaf.

 
27 Komentar

Ditulis oleh pada 7 Juni 2013 inci Islam, Umum

 

Tag: , , , , , , ,

A Piece of Mind

Friendship is learning, I heard someone said. I think now I understand what it means. Friendship need you to be an open person, right? By trusting and accepting other people come into our life, even sometimes messing up our business, hehe. In friendship, there are times we fight or encourage each other. It means we will have to learn how to forgive and take care of others.

Friendship is indeed beautiful, but…

Islamic brotherhood is more than wonderful. It’s a miracle.

There is no need for blood or family relation to build it. Everything within it is sweet, no bitterness. You know why? Because ‘iman’ makes those bitternesses tasted sweet, miseries we feel as something we value and cherish. Every single moment in this life becomes meaningful. Every single event happened to us is precious. Every step we take makes us learn something. When you fell you won’t be scared, because there always are brothers and sisters ready to catch you and wake you up. Moreover, that kind of bond will never break as long as we hold on to the faith. It’s not only lasted in this world, but also longer, to the hereafter. ‘Forever’ do comes true in this bond.

That’s why wonderful is not enough to describe Islamic brotherhood.

 
4 Komentar

Ditulis oleh pada 6 Juni 2013 inci Islam, Umum

 

Tag: , , , , , , ,

Inilah Aku, Lalu…Siapa Kamu?

    “Aku petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiaannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air di bawah naungan Islam yang hanif.

    Akulah lelaki bebas yang telah mengetahui rahasia wujudnya, maka ia pun berseru, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam yang tiada sekutu bagi-Nya. Kepada yang demikian itulah aku diperintahkan, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’

    Inilah aku. Dan kamu, kamu sendiri siapa?”

    –Hasan Al Banna–

 
10 Komentar

Ditulis oleh pada 14 Januari 2013 inci Umum

 

Tag: , , , , ,

The Unforgettable #2: Alah Bisa Karena Usaha

    Kuceritakan lagi kisah anak lelaki inspiratorku. Cerita ini masih menyambung kehidupannya yang harus dilalui dengan meraba-raba, bersusah payah mengenggam secercah cahaya.

    Anak lelaki itu masih sibuk saat kujumpai pada suatu hari. Di tangannya ada busi sepeda motor bekas. Di sekitarnya berserakan berbagai peralatan: paku, palu, gergaji besi, tali raffia, dan karet pentil. Kubiarkan ia asyik dengan ‘mainannya’. Dia memang masih anak-anak. Bermain tetap menjadi kesukaannya. Setelah beberapa hari, busi bekas itu sudah berubah rupa. Dia tunjukkan padaku dengan senyum bangga, “Petasanku sudah jadi.” Oh, rupanya dia memang sedang menciptakan mainan. Busi bekas itu ia alihfungsikan. Dia peragakan padaku bagaimana memainkannya. Diambilnya beberapa batang korek api, lalu ia sisir kepala koreknya hingga bubuk-bubuk itu memenuhi ruang dalam busi. Diatas bubuk itu ia selipkan secuil kertas yang berasal dari sisi samping bungkus koreknya (yang kita gesek untuk menyalakan korek). Busi itu ditutup dengan sekrup. Dia mengambil ancang-ancang untuk melempar busi itu ke jalan aspal depan rumah. Lalu… DUAR!!! Suara ledakan petasan pun terdengar. Beberapa hari kemudian ia kembali memamerkan mainan barunya. Ia membopong sebatang bambu utuh. Mau dibuat apa? “Long bumbung,” jawabnya. Oh, lagi-lagi harus geleng kepala. Dasar anak lelaki!

    Suatu hari ia memamerkan padaku handphone barunya. HP bekas sebenarnya, model yang sangat jadul, bermerk Ericson (ini HP edisi sebelum Ericson diakuisisi Sony lalu berubah jadi Sony Ericson). Penasaran, bagaimana dia bisa memakai alat itu? Sebelumnya dia memang sering bermain dengan ponselku yang bermerk S***sung jadul. Dia bisa mengoperasikannya dengan menggunakan kode angka. Misal mau menulis SMS, maka dia hanya perlu menekan tombol menu-2-1 lalu menulis pesannya. Pun jika ingin masuk ke menu-menu lain, kode angkalah yang ia perlukan. Ternyata ponselnya itu juga bisa dioperasikan dengan cara demikian. Maka mulailah ia memintaku memberitahu urutan-urutan menu dalam ponselnya. Dalam waktu singkat, ia hafal semuanya. Semenjak itu, tak heran jika waktu-waktu tertentu dia mengirimiku pesan singkat, sekedar iseng atau memang ada yang ingin ia sampaikan. Bagaimana ia tahu yang mana nomer ponselku di phonebooknya? Simpel. Dia tidak tahu. Ia menghafalkan nomor telepon banyak orang, bahkan nomor-nomor yang ia dengar di radio. Tak heran jika kemudian beberapa tetangga kadang bertanya padanya nomor tempat ini atau nomor stasiun radio tertentu. Daya ingatnya cukup membuatku terkesima.

    Setiap hari ia memberiku kejutan-kejutan baru. Setiap berjumpa selalu ada saja yang ia kerjakan. Ia tunjukkan padaku bahwa ketidaksempurnaan indera bukanlah penghalang untuk berkarya. Dari tangannya telah banyak yang dihasilkan. Karya-karya kecil yang menunjukkan betapa istimewanya ia. Bahkan sampai kini, di rumahnya dan rumah orang-orang di sekitarnya, berbagai karyanya masih setia menanti usia. Semoga menjadi amal jariyah baginya.

    …bersambung…
    _____________________________________________________________________________________
    A tribute to my dear little one.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 12 Januari 2013 inci Baiti Jannati, Umum

 

Tag: , , , , , , ,

The Unforgettable #1: Jawaban Sederhana

pendar cahaya

    Suatu hari kulihat anak lelaki belasan tahun duduk berjongkok di teras sebuah rumah. Tangan kanannya mengenggam sehelai kain bekas kaos yang tak dipakai, sedang tangan kirinya memegang sebuah botol. Di depannya berdiri sebuah motor China hitam. Sesekali ia semprotkan cairan dalam botol itu ke badan motor, lalu dengan hati-hati ia menggosok-gosoknya dengan kain yang ia bawa. Oh, rupanya ia sedang mengelap motor dengan cairan silikon supaya motornya terlihat lebih mengkilap.

    Di hari yang lain, kulihat ia memegang gergaji dan bilah bambu panjang. Jarinya meraba-raba tanda yang ia buat di bilah bambu, lalu dengan perlahan ia menggesekkan gergaji itu hingga sang bilah pun terpotong. Bilah itu kemudian ia belah lagi menggunakan parang menjadi bilah-bilah kecil. Tangannya dengan terampil mengikat bilah-bilah itu dengan karet hingga berbentuk bujur sangkar. Kali ini rupanya ia sedang membuat sebuah kandang jangkrik.

    Pada perjumpaan yang lain lagi ia terlihat sedang mendorong sepeda anak-anak beroda tiga. Di atas sepeda itu duduk seorang kanak-kanak, sepupunya. Anak lelaki itu tertawa riang, dengan senangnya ia menjadi tenaga pendorong sepeda agar bisa meluncur di jalan.

    Kesempatan yang lain aku menyaksikannya sedang khusyuk mendengarkan siaran radio. Diam-diam aku ikut mendengarkan. Ternyata sedang ada bincang-bincang tentang kesehatan di radio itu, menghadirkan seorang tabib pengobatan alternatif. Wajah anak lelaki itu sangat berbeda dari biasanya. Dia takzim, tampak sangat serius dan sesekali mengangguk seolah memberi tanda bahwa ia baru saja memahami hal baru.

    Dalam setiap perjumpaan itu, aku bertanya padanya. Mengapa ia berbuat demikian? Jawaban-jawabannya yang sederhana mampu menggetarkan hatiku.

    “Biar motornya jadi kelihatan bagus buat bapak kerja,” jawabnya sambil mengelap motor.

    “Saya mau memelihara jangkrik, jadi harus buat kandangnya. Bapak sudah capek kerja, jadi saya buat sendiri aja,” tuturnya polos.

    “Cuma dia teman main saya, teman-teman seusia saya pada sekolah,” ada gurat sedih di wajahnya.

    “Saya kagum sama tabibnya. Nanti kalau saya sudah sembuh, saya juga mau jadi tabib, biar bisa nolong orang miskin yang sakit,” ia tersenyum penuh harap.

    Usai bertemu denganku, ia beranjak pergi. Langkah kakinya terseret, pelan dan hati-hati. Sesekali tangannya meraba mencari pegangan. Aku memandangnya penuh iba.

    Apa yang dilakukannya memang hal biasa. Biasa, bagi anak normal dengan lima panca indera. Itulah mengapa kusebut dia luar biasa. Anak lelaki itu telah kehilangan penglihatannya. Ia buta sejak berusia delapan tahun. Dalam kegelapan dunianya, ia masih mampu memancarkan cahaya. Di mata orang, mungkin dia hanya anak kecil malang. Bagiku, dialah inspirator sejati.

    ____________________________________________________________________________________
    A tribute to my dear little one.
 
7 Komentar

Ditulis oleh pada 9 Januari 2013 inci Baiti Jannati, Umum

 

Tag: , , , , ,

Memories #3: SEF UGM

SEF_UGM

    Menulis ini ketika sedang berlangsung pemilihan ketua SEF 2013. Sungguh, rasanya baru kemarin aku duduk di barisan atas ruang T102 dan menyaksikan Ade dan Gigih menyampaikan visi-misi mereka di depan peserta Muktamar. Sekarang aku menyaksikan Andira dan Zainal melakuka hal yang sama. Hmm…sungguh waktu berjalan sangat cepat (atau aku yang terlalu lambat?)

    SEF, Shariah Economics Forum, UGM. Organisasi pertama yang menarik minatku ketika menginjakkan kaki di kampus ini. Pertama kali pula dalam hidupku, untuk menjadi anggota organisasi harus menitikkan air mata, menangis saat wawancara. Kesan pertama saat wawancara penyeleksian calon anggota baru SEF: so comfort. Melihat orang-orang yang berkecimpung di dalamnya memberikan kenyamanan, somehow. Itulah kenapa aku kecewa dan sedih ketika terpaksa cuti dari segala aktivitas di luar kuliah di semester pertamaku. But Allah always Knows the best. RUpanya Ia sedang mempersiapkan rencana yang lebih baik untukku. Read the rest of this entry »

 
4 Komentar

Ditulis oleh pada 23 Desember 2012 inci Umum

 

Tag: , , ,

Maafkanlah (part 3)

Seriak air

    Engkau sakit
    Tersayat dan berdarah
    Air mata tak sanggup membasuh lukamu
    Di tengah deritamu mereka tertawa
    Engkau hanya terdiam
    Sakit itu engkau pendam
    Hari ke hari semakin dalam lubang yang harus kau gali
    Berharap dapat benamkan setiap perih hati
    Seiring waktu, luka itu memang terlupa
    Tak pernah lagi kau dan mereka berjumpa
    Semua seolah kembali biasa
    Hingga suatu masa perjumpaan menjadi niscaya Read the rest of this entry »

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 19 Desember 2012 inci Umum

 

Tag: , , , ,

Maafkanlah (part 2)

drops-on-leaf.jpg


    Bukan dirimu yang salah
    Mungkin akulah yang tak mengerti
    Bukan dirimu yang kejam
    Hanya akulah yang tak paham
    Engkau memakiku di belakang
    Aku pura-pura tak tahu
    Engkau mencelaku di depan orang
    Aku pura-pura tak dengar
    Sungguh, bukan dirimu yang salah
    Memang akulah yang terlalu banyak cacat
    Memang akulah yang harus berkaca diri
    Sedalam itukah aku melukaimu?
    Seburuk itukah sikapku?
    Maafkan aku… Read the rest of this entry »
 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 18 Desember 2012 inci Umum

 

Tag:

Maafkanlah (part 1)

so sweet

    Ya Allah, aku menyadari betapa ternyata merajut ukhuwah itu tak semudah orang berkata. Karena jangankan mencapai itsar, bahkan untuk memenuhi syarat minimal salamatush-shadr (kelapangan hati) saja, banyak orang yang tak mampu. Mungkinkah karena itu Engkau berikan kekuatan luar biasa dan berkah tak terkira pada kekuatan ikatan bernama ukhuwah itu, ya Allah? Seperti luar biasanya ikatan Rasulullah SAW dengan para shahabat ra. Ah, rindunya…
    Read the rest of this entry »
 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 16 Desember 2012 inci Islam, Umum

 

Tag: , , , , , , , , ,

Bacaan dan Kedewasaan

8733hb

    Aku sekarang ini tidak suka membaca buku-buku fiksi. Well, kurasa sepuluh tahun adalah waktu yang lebih dari cukup untuk bosan pada sesuatu. Seperti halnya genre bacaan. Sejak kecil aku sangat suka membaca. Buku-buku pertamaku selain buku pelajaran sekolah adalah novel. Puncaknya adalah kelas 2 SMP hingga 1 SMA. Beragam genre novel dari roman sejarah sampai roman picisan, dari fiksi dongeng sampai fiksi ilmiah, dari chicklit, teenlit, sampai yang Islami, termasuk juga manga, manhwa dan komik. Dari sekian banyak buku bacaan itu, yang paling kusukai dan tak pernah bosan adalah buku-buku sejarah. Dari sekian banyak buku sejarah yang paling kusukai adalah sirah Nabawiyah dan sejarah generasi awal Islam dan yang paling tidak kusukai adalah sejarah manusia purba. Really, I absolutely doubt the theory of prehistoric people. Read the rest of this entry »
 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 15 Desember 2012 inci Umum

 

Tag: , , , , , , , , , , , , ,

Cinta?

    10088hb

    Cinta… satu kata yang tak lekang oleh masa. Orang bilang cinta itu tak bisa didefinisikan. Cinta itu tak harus memiliki. Cinta itu kadang membutakan, membuat orang tak bisa membedakan mana benar mana salah. Cinta itu katanya tak harus dikatakan, cukup ditunjukkan. Cinta tak harus dideklarasikan, cukup dibuktikan. Itu kata orang.

    Menurutku… Read the rest of this entry »

 
4 Komentar

Ditulis oleh pada 7 Desember 2012 inci Islam, Umum

 

Tag: , , , , , , , , , , , ,

Pria dan Ongkos Masuk

    Pada suatu hari, Ibrahim bin Adham mencoba memasuki tempat mandi umum. Si penjaga menghentikannya dan meminta ongkos masuk. Ibrahim tertegun dan mengatakan bahwa dirinya tak punya uang.

    Si penjaga menjawab, “Kalau kau tidak punya uang, kau tidak boleh masuk”. Ibrahim memekik dan tersungkur ke tanah sambil terisak sedih. Seorang pejalan kaki berhenti untuk menghiburnya. Seseorang menawarinya uang agar ia dapat masuk tempat mandi umum itu.

    Ibrahim bin Adham berkata, “Aku menangis bukan karena ditolak masuk. Ketika penjaga itu meminta ongkos masuk aku teringat sesuatu yang lalu membuatku menangis. Jika aku tidak diizinkan masuk ke tempat mandi umum di dunia ini kecuali jika aku membayar ongkos, apa ada harapan bagiku untuk diperbolehkan masuk surga? Apa jadinya aku kalau mereka menuntut ‘Amal baik apa yang kau bawa? Apa yang sudah kau perbuat hingga kau layak diizinkan masuk surga?’ Persis seperti aku ditolak masuk tempat mandi ini karena aku tidak bisa membayar, sudah pasti aku akan ditolak masuk surga jika aku tidak punya amal baik. Itulah sebabnya aku menangis dan meratap.”

    Semua yang mendengarkan pun merenungkan hidup dan amalan mereka sendiri dan mereka mulai menangis bersama Ibrahim bin Adham.

    _______________________________________________________________________________________
    Sebuah cerita dalam buku “Love is The Wine” karya Syeikh Muzaffer Ozak yang dinukil oleh Zabrina A. Bakar dalam bukunya “Satu Tiket ke Surga”.

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada 10 November 2012 inci Islam

 

Tag: , , , , , ,

Kenapa Akuntansi Pemerintahan?

    Baru ingat matakuliah Teori Akuntansi sama Prof. Suwardjono dulu pernah dibahas, kenapa di Amerika Serikat adanya Governmental Accounting Standard Board. Adanya GASB menunjukkan bahwa sistem akuntansi yang dikenal di Amerika Serikat selain akuntansi keuangan komersial adalah akuntansi pemerintahan. Kenapa bukan akuntansi sektor publik seperti di UK? Jawabannya ternyata: karena sektor publik, seperti rumah sakit, transportasi, dana pensiun, dll di Amerika Serikat itu dikelola oleh swasta sehingga bukan lagi menjadi organisasi nirlaba melainkan usaha bisnis privat yang profit oriented. Satu-satunya organisasi sektor publik yang masih bersifat nirlaba di Amerika Serikat hanyalah pemerintahan (municipal maupun federal). Sedangkan untuk UK, sektor-sektor publik masih dikelola oleh Negara sehingga tidak tepat jika akuntansinya disebut akuntansi pemerintahan. That’s why, ada istilah akuntansi sektor publik. Hopefully I was right 🙂
 
11 Komentar

Ditulis oleh pada 23 Oktober 2012 inci Akuntansi

 

Tag: , , , , , , , , , , , , ,

Memories #2: Inspirasi

    Sekedar mereview ulang hidupku. Seorang teman pernah kaget melihat sticky notes di dekstop netbookku. Penuh. Sampai-sampai wallpaper dekstopnya nggak keliahatan sama sekali. Sudah menjadi kebiasaanku sejak dulu untuk mencatat kata-kata yang menurutku bagus dan menginspirasi. Bahkan aku punya buku khusus untuk mendokumentasikan catatan-catatan itu. Dari sekian banyak yang pernah kunukil, ada beberapa kalimat yang menjadi peganganku hingga sekarang.
    Read the rest of this entry »
 
1 Komentar

Ditulis oleh pada 20 Oktober 2012 inci Baiti Jannati, Umum

 

Tag: , , , , , , , , , , , , ,

Indahnya Cara Allah Mendidikku

“Allah Teaches us something by some unforgettable ways. Thus, He Gives me this experience, so many times, that it hurts. Because being hurt is one of the way I will never forget. Because of experiencing pain will never allow me to make others feel the same. In these tears, I found Your Love. Thank You, Allah. Thank You for this week’s experiences. Alhamdulillahirabbil’aalaamiin.”

    Status yang kutulis hari ini. Emotionally, right. Memang seperti itulah yang kurasakan. Pekan ini Allah Mengajarkanku satu hal yang penting dan pokok. Untuk mengajarkan hal itu Allah Menghadapkanku pada berbagai peristiwa, bertubi-tubi. Pertama mengalami, kupikir itu biasa. Setelah yang pertama, ternyata muncul yang kedua, ketiga, keempat, hingga puncaknya hari ini. Baru hari ini aku menyadari Allah sedang Mendidikku. Allah ingin Memahamkan aku tentang satu hal di balik pengalaman-pengalaman itu. Air mata, sakit hati, kekecewaan, dan amarah memang sempat tertumpah. Namun, In these tears, I found Your Love.

    Pelajaran dari Allah pekan ini: Manajemen waktu untuk menepati janji.

    ___________________________________________________________________
    Terima kasih ya Rabb, Engkau masih Mengingatkanku. Segala puji hanya untuk-Mu.

 
6 Komentar

Ditulis oleh pada 19 Oktober 2012 inci Baiti Jannati, Umum

 

Tag: , , , , , , , , ,

Memories #1: Surat

    Membongkar buku-buku lama ternyata mengingatkanku pada masa-masa yang telah berlalu. Buku-buku sejak SD hingga kuliah, masing-masing menyimpan kenangan dan sejarah, hingga aku tak pernah rela jika satu dari mereka hendak ‘dikilokan’ alias dijual di tukang loak. Hari ini di antara tumpukan saksi sejarah itu kutemukan kertas warna-warni itu. Lembar-lembar surat dari adik-adik yang pernah kudampingi dalam masa orientasi dan inisiasi kampus atau sering disebut Ospek. Pink adalah warna untuk 2009 dan kuning adalah warna mereka dari 2010.

    Aku sudah hampir lupa dengan isi surat-surat itu. Ketika kubaca lagi satu demi satu, ada buncahan rasa yang hadir menyeruak: haru, lucu, sendu, dan… rindu. Ah, mereka kini sudah melangkah bersama pilihan mereka masing-masing. Bangga, ketika kutahu sebagian besar mereka aktif di organisasi, menjadi petinggi, dan berprestasi…

    Di setiap surat itu ada ucapan terima kasih, dengan gaya ciri khas mereka masing-masing.

    Aku tersenyum mengingat masa-masa itu. Jadi ingat bagaimana mendampingi mereka yang ribut membuat tugas, potong ini itu, menggambar berbagai pola, menghafal lagu-lagu serta gerakan tarimya, sampai pusingnya mengajari beberapa dari mereka password yang dibuat dalam bahasa Jawa 3 bait dengan kata-kata yang ruwet.


    Masih ingat juga waktu harus pasang tampang garang saat mengingatkan mereka shalat. Haha, masih jelas juga peristiwa ektrem di salah satu pagi beberapa tahun silam, ketika jam setengah 5 pagi diperintahkan harus standby di kampus dan ternyata sampai kampus portal belum dibuka. Nekat akhirnya mengendarai motor naik ke trotoar lalu menyisip ke celah-celah pangkal portal.

    Really, those were unforgettable moments.

    Masih ingatkah kalian dengan masa-masa itu, wahai:

    Samudera Pasai: Novita, Mayang, Devi, Almas, Yani, Marwah, Rachmat, Erie, Aryo, Iboy, Vano, Arief, Khresna, Steven, dan partner pemanduku Handishna Hasfi, serta

    Kalbe Farma: Mita, Gita, Lisa, Nida, Eni, Ninggar, Anto’, Udin, Anas, Nanang, Nidzar, Andi, dan partnerku Edo.

    Selamat berjuang, adik-adik kebangganku: Samudera Pasai dan Kalbe Farma!

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 9 Oktober 2012 inci Umum

 

Tag: , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Muslim itu harus kaya. Artikel yang bagus nih…

Kanzunqalam's Blog

Ketika Abu Bakar ra. berkeinginan membebaskan Bilal ra. dari perbudakan, Umaiyah bin Khalaf mematok harga 9 uqiyah emas. Dan dengan segera Abu Bakar ra. langsung menebusnya.

Untuk diketahui 1 uqiyah emas senilai 31,7475 gr gram emas, atau setara dengan 7,4 dinar emas. Jika harga 1 dinar emas sekarang adalah sebesar Rp. 2.370.000, berarti dana yang dikeluarkan Abu Bakar ra. adalah sebesar  (9 x 7,4 x Rp. 2.370.000 ) atau Rp. 157.842.000,-

Para Milyuner di sekitar Rasulullah

Beberapa Sahabat Rasulullah, berdasarkan catatan sejarah yang di-indikasikan sebagai Konglomerat, antara lain :

1. Abu Bakar ra.

Ibnu Umar ra mengatakan diawal keislaman Abu Bakar menghabiskan dana sekitar 40.000 Dirham untuk memerdekakan budak. Jika harga 1 Dirham Perak saat ini adalah Rp. 67.500, itu artinya yang dibayar oleh beliau setara dengan Rp 2,7 Miliar.

2. Umar bin Khaththab ra.

Di dalam Kitab Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih, karangan Ibnu Abdil Barr, menerangkan bahwa Umar…

Lihat pos aslinya 589 kata lagi

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 9 Oktober 2012 inci Umum

 

Mengelola Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Syuro

    Oleh Anis Matta

    “Taat dalam keadaan terpaksa bukanlah pekerjaan mudah. Itulah cobaan keikhlasan yang paling berat di sepanjang jalan dakwah dan dalam keseluruhan pengalaman spiritual kita sebagai dai. ”

    pkspiyungan.org(Jumat,05 Oktober 2012)
    RASANYA perbincangan kita tentang syuro tidak akan lengkap tanpa membahas masalah yang satu ini. Apa yang harus kita lakukan seandainya tidak menyetujui hasil syuro? Bagaimana “mengelola” ketidaksetujuan itu?

    Kenyataan seperti ini akan kita temukan dalam perjalanan dakwah dan pergerakan kita. Dan itu lumrah saja. Karena, merupakan implikasi dari fakta yang lebih besar, yaitu adanya perbedaan pendapat yang menjadi ciri kehidupan majemuk.
    Read the rest of this entry »

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 6 Oktober 2012 inci Islam

 

Tag: , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Begini Seharusnya Muslim

    Pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Basya Al-Qanuni, Sultan Turki, pernah diiklankan lowongan kerja untuk menjadi seorang imam Masjid Istambul. Syarat-syarat yang dicantumkan dalam iklan tersebut adalah:

    1. Menguasai bahasa Arab, Latin, Turki, dan Persia
    2. Menguasai Al-Qur’an, Injil, dan Taurat
    3. Menguasai Ilmu Syariat
    4. Menguasai Ilmu Alam, Matematika, dan mampu mengajarkannya
    5. Pandai menunggang kuda, bermain pedang, dan berperang
    6. Berpenampilan menarik
    7. Bersuara indah.

    Inilah format iklan untuk jabatan imam masjid, pada kurang lebih 400 tahun lalu. Kita mencatat bahwa syarat-syarat yang dicantumkan dalam iklan tersebut —walaupun sangat sulit, bahkan mustahil dipenuhi untuk ukuran sekarang— kala itu merupakan syarat yang biasa dan wajar. Islam ketika itu tengah mencapai masa puncak kejayaannya. Tak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum; tidak ada pemisahan antara ulama dan mujahid.

    Dalam catatan sejarah ini terlihat bahwa jabatan imam masjid adalah jabatan prestisius karena peranan yang harus dimainkan sangat penting dalam penyebaran dakwah. Bila masyarakat Islam kita umpamakan dengan satu tubuh, maka sel tubuh pertama yang menjadi inti kehidupannya adalah masjid. Perhatian kaum muslimin terhadap masjid selalu ada sepanjang sejarah keemasan Islam. Kekuatan ruhani yang terpancar dari masjid itulah kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Kekuatan inilah yang membentuk akal dan perasaan mereka sepanjang masa.

    (dikutip dengan sedikit penyesuaian dari buku “Bagaimana Menyentuh Hati” karya Abbas As-Siisi, versi terjemahan dari “Ath-Thariq ila Al-Quluub” )

    __________________________________________________________
    Iseng menyalin catatan Facebook lama 😀

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 30 September 2012 inci Islam

 

Tag: , , , , , , , , , , , , ,

Menengok “Mentoring” Tempoh Doeloe

    “Pada masa kekhalifahan Umar bin Khatthab, beliau mengirim para sahabat dalam berbagai ekspedisi untuk menyebarkan Islam melalui pengajaran Al Qur’an. Abu ad­ Darda’ tinggal di Damaskus beberapa waktu lamanya dan dapat membuat halaqah yang sangat masyhur dengan mahasiswa asuhannya melebihi 1.600 orang. Dengan membagi murid-murid ke dalam sepuluh kelompok, ia menugaskan seorang instruktur secara terpisah pada tiap kelompok dan melakukan inspeksi keliling dalam memantau kemajuan mereka. Bagi mereka yang telah lulus tingkat dasar, dapat mengikuti bimbingan langsung beliau agar murid yang lebih tinggi tingkatnya merasa lebih terhormat belajar bersama Abu ad-Darda’ dan berfungsi sebagai guru tingkat menengah.

    Metode yang sama dipraktikkan di tempat lain, Abu Raja’ al-Ataradi menyatakan bahwa Abu Musa al-Ash’ari membagikan murid-murid ke beberapa kelompok di dalam Masjid Basra, dalam bimbingannya yang hampir mencapai 300 orang.

    Di ibu kota, `Umar mengutus Yazid bin ‘Abdullah bin Qusait untuk mengajar AI-Qur’an di kalangan orang Badui, dan melantik Abu Sufyan sebagai inspektur untuk suku mereka agar mengetahui sejauh mana mereka sudah belajar.”

    Keren ya! Tidak heran jika kemudian Islam mampu memayungi hampir 2/3 dunia dan bersinar saat Eropa mengalami Zaman Kegelapan. Yuk, bergabung dengan MLM pahala yang murni syariah ini… caranya gimana? Membina!

    (Kisah di atas dikutip dengan penyesuaian yang diperlukan dari Sejarah Teks Al Quran, terjemahan dari The History of The Qur’anic Text karya Prof. Dr. M.M. al A’zami)

    _______________________________________________
    Iseng menyalin catatan Facebook yang pernah kubuat 🙂

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 30 September 2012 inci Islam

 

Tag: , , , , , , , , , , , , ,

Muslim Itu Harus Oportunis (Urgensi Membina versi “Egois”)

    Setelah beberapa tahun lalu menulis tentang urgensi membina untuk memenuhi tugas, sekarang rasanya ingin menceritakan pengalaman pribadi saja. Kalau bicara pada tataran ideal, sudah jelas bahwa membina merupakan tuntunan Rasulullah SAW. Namun, manusia itu, disadari ataupun tidak, adalah jiwa-jiwa oportunis. Well, oportunisme tidak selalu bermakna negatif. Menurut Oxford Learner’s Pocket Dictionary, opportunism itu berarti taking advantage of good opportunities, sometimes against the interest of others. Jadi, pada dasarnya oportunis adalah kecenderungan melakukan sesuatu untuk mengambil peluang yang memberikan keuntungan bagi dirinya, meskipun terkadang (terkadang lho, bukan selalu) bertentangan dengan kepentingan orang-orang selainnya. Muslim yang baik itu justru harus oportunis, bahkan harus jadi oportunis kelas berat. Saat oportunis-oportunis kelas bulu mengharapkan harta dan segala materi keduniaan, seorang muslim itu oportunismenya mengharapkan Allah. Bayangkan, yang diharapkan gak tanggung-tanggung, bro. Yang diharapkan adalah Tuhan Semesta Alam! Maharaja dari segala raja, yang Punya kerajaan langit dan bumi!
    Read the rest of this entry »
 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 27 September 2012 inci Islam, Umum

 

Tag: , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Bagaimana Menyentuh Hati

“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya…”

    “Laa iqraha fiddiin”, tidak ada paksaan dalam beragama. Buku berjudul “Bagaimana Menyentuh Hati” karya Abbas As-Siisi ini pada intinya mengajarkan pada kita, setiap muslim, untuk berdakwah dengan cara yang diajarkan Rasulullah. Dakwah adalah ajakan, seruan. Maka dari itu tidak boleh ada paksaan terhadap objek dakwah untuk menerima apa yang kita dakwahkan: agama Islam. Namun demikian, ada cara-cara yang bisa diperbuat agar dakwah kita diterima oleh objek dakwah. Dengan bahasa hati, dengan bahasa kasih sayang. Iman adalah keyakinan yang dibenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dalam amal. Lisan dan badan bisa saja tampak Islami, tetapi tak ada yang tahu apa yang berkecamuk di hati seseorang. Hati menduduki posisi vital bagi manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam salah satu hadits, bahwa ada segumpal darah yang jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh,namun jika ia rusak, maka menjadi rusaklah seluruh tubuh. Segumpal darah itu adalah hati.

    Read the rest of this entry »

 
4 Komentar

Ditulis oleh pada 27 September 2012 inci Islam

 

Tag: , , , , , , , ,

Tarbiyah I’m in Love

    I was not prepared enough
    To fall so deep in love…
    Mengenang kembali perjalananku bersama tarbiyah, kutemukan banyak sekali keping-keping mozaik yang begitu cantik. Tarbiyah yang merengkuhku saat aku jatuh ke titik terendah dan hingga kini ia menjadi bagian hidupku yang terindah. Allah Memberiku hidayah lewat tarbiyah. Allah Menjagaku dengan tarbiyah. Allah Menguatkanku bersama tarbiyah. Ketika keraguan muncul, Allah selalu menghadirkan bermacam peristiwa yang membuatku semakin yakin dengan jalanku bersama tarbiyah. Apa yang membuatku bertahan bersama tarbiyah bukan karena ia sempurna. Kesempurnaan tak pernah ada di kamus manusia. Yang membuatku tetap di sini meskipun satu per satu orang di sekelilingku pergi, adalah karena bersama tarbiyah aku selalu merasakan jatuh cinta, I’m falling in love all over again and again… more and more… with Islam.
 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 25 September 2012 inci Islam

 

Tag: , ,

Be Honest

    The reflection of my true self
    Never leave this path
    Only that I could not see it
    Envy had blinded me
    Made good seems bad
    Made bad be the worst

    I used to think that I would be happy
    If only I was like them
    Grab anything I want
    Become whoever I wanna be
    Walking through every road I desire
    Talking to everyone whom I am interested to

    Yet, deep inside this heart of mine
    I realize those were just lies
    Those were anyone’s life but me
    Being comfortable is surely great
    But comfortable not always mean happy
    Because of ways that created the me now
    were rough battles
    were long and difficult roads
    were waves that shake me out
    were jungles and deserts that hard and unpredictable
    This is the way I am
    Being happy just means that I’ve to stop lying
    To my own self…

    * My room, 06 September 2012
 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 6 September 2012 inci Umum

 

Tag: , , , ,